Sering kita temui ternak sapi yang memiliki berat badan atau bobot yang berbeda antara satu dengan yang lain, padahal mereka berada dalam satu peternakan dan dirawat bersama-sama. Meski berada dalam naungan yang sama, ternyata masing-masing sapi memiliki perbedaan bobot yang dapat disebabkan oleh banyak hal. Misalnya penyakit dan stress pada ternak yang berdampak pada selera makan yang terus menurun.
Untuk menghindari hal tersebut, perlu adanya pemeriksaan rutin yang gunanya untuk mengetahui berat badan serta menjadi acuan apakah sapi tersebut sehat atau tidak. Pada artikel kali ini, kami akan memberi sedikit informasi mengenai body condition score atau BCS pada ternak sapi. Penasaran bagaimana menghitungnya? Atau belum terlalu mengenal BCS? Yuk, simak penjelasan di bawah ini!
Apa Itu BCS?
Menurut Sarjowardjojo dan Sarwiyono (2013), yang dimaksud dengan body condition score adalah suatu metode pengukuran terhadap keefektifan sistem pemberian pakan pada ternak sapi perah, yang bertujuan untuk mengetahui pencapaian standar kecukupan cadangan lemak pada tubuh ternak yang mampu mempengaruhi efisiensi reproduksi, di sisi lain, efisiensi reproduksi pada sapi perah dapat mempengaruhi tingkat produksi susu.
Atau dengan kata lain, body condition score atau BCS merupakan metode hitung semikuantitatif yang menggunakan interval tertentu guna mengetahui skala kegemukan atau frame pada ternak. Hal ini didasari pada delapan titik, antara lain:
- Processus spinosus
- Processus transversus
- Legok lapar
- Tuber coxae atau hooks
- Antara tuber coxae dan tuber ischiadicus atau pins
- Antara tuber coxae kanan dan kiri
- Pangkal ekor ke tuber ischiadicus
BCS ini dapat diaplikasikan pada semua jenis hewan, tidak hanya berpaku pada ternak sapi perah saja. Contohnya dapat diaplikasikan pada hewan peliharaan untuk mencegah obesitas, seperti anjing dan kucing.
Hasil dari perhitungan BCS ini sangat bergantung pada jenis dan bangsa dari ternak. Hasil ini sifatnya objekif dan tidak dapat dikaitkan dengan berat hidup ternak. Maka dari itu, antara ternak yang satu dengan yang lainnya mungkin memiliki bobot atau berat hidup yang sama, namun memiliki nilai BCS yang berbeda.
Menghitung BCS
Untuk menentukan hasil BCS atau body condition score, terdapat dua metode skala yang dapat digunakan. Yang pertama adalah skala 9 berasal dari Amerika Serikat dan yang kedua adalah skala 5 yang digunakan Inggris dan Commonwealth. Di Indonesia, mayoritas memakai skala 5 dari Inggris dan Commonwealth sebagai skala acuan penentuan body condition score.
Skala tersebut dipetakan menjadi:
- Grade 1, menandakan ternak sangat kurus
- Grade 2, menandakan ternak tergolong kurus
- Grade 3, menandakan ternak tergolong sedang
- Grade 4, menandakan ternak tergolong gemuk atau berisi
- Grade 5, menandakan ternak tergolong sangat gemuk
Skala ini menggunakan 0.25 dalam penghitungannya.
Pada ternak sapi, penilaian atau penghitungan body condition score atau BCS disusun untuk menentukan perkiraan kondisi induk selama siklus produksi. Skor 0 hingga 5 diberikan atas dasar lemak yang dapat didasarkan pada area pelvis dan sacralis. Skor 0 (nol) menandakan sapi bertubuh sangat kurus, dan skor 5 diberikan untuk sapi bertubuh sangat gemuk.
Menurut Webster (1987), seekor induk sapi perah memiliki rata-rata body condition score antara 2.5 hingga 3.5 pada saat melahirkan anakan atau pedet.
Untuk lebih jelasnya, berikut skala yang dijelaskan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur mengenai body condition score pada ternak sapi perah. Antara lain:
NO | STATUS LAKTASI | BCS |
1 | Masa Kering | 3.5 – 4 |
2 | Calving (Sapi yang Lebih Tua) | 3.5 – 4 |
3 | Post Partum (1 bulan) | 2.5 – 3 |
4 | Pertengahan Masa Laktasi | 3 |
5 | Akhir Masa Laktasi | 3.25 – 3.75 |
6 | Calving (Laktasi Pertama) | 3.5 |
Grade Body Condition Score
Menurut Sukandar (2008), nilai body condition score dapat dibagi menjadi 5 (lima) interval, antara lain:
1# Grade 1 (Sangat Kurus)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penilaian dan penentuan body condition score dapat dibagi menjadi 5 interval. Grade 1 atau level pertama ini sangat mudah dikenal cirinya atau mudah dilihat, yaitu bagian pangkal ekor atau anus ternak sapi akan terlihat sangat menyusut ke dalam, sedangkan bagian vulva ternak akan terlihat sangat menonjol keluar.
Kemudian, dapat diamati pula bahwa processus spinosus pendek dapat diraba dengan mudah, serta tuber coxae ischiadicus akan terlihat dengan sangat jelas. Selain itu, ruas-ruas di antara cincin tulang ekor ternak sapi juga terlihat dengan sangat jelas.
2# Grade 2 (Kurus)
Level yang kedua ini sedikit lebih baik dibandingkan level yang sebelumnya. Pada level ini, bagian vulva ternak sapi tidak terlihat terlalu menonjol. Sedangkan processus spinosus masih bisa diraba dengan jelas, namun terlihat sedikit menonjol dari level sebelumnya. Bagian tuber coxae serta tuber ischiadicus tetap menonjol, namun bagian di antaranya tidak terlalu cekung atau menyusut ke dalam.
Jika terlihat dengan jelas lengkungan cekungan atau penyusutan antara rusuk pendek, maka dapat diperkirakan nilai BCS ternak sapi berkisar di 2.25. Rusuk pendek pada ternak sapi masih mudah terlihat dan hook masih berbentuk angular atau menonjol, namun lebih baik dari sebelumnya.
Selain itu, terdapat lapisan lemak pada bagian paha belakang atau pin, maka ternak sapi diperkirakan memiliki nilai BCS di kisaran 2.75. Di sisi lain, jika bagian paha belakang atau pin tidak terdapat lemak, maka nilai BCS diperkirakan berada di 2.5.
3# Grade 3 (Sedang)
Di level ini, secara visual atau tampilan, ternak sapi terlihat lebih berisi dan terlihat lebih normal kondisinya dibandingkan dua level sebelumnya. Di level ini, bagian vulva ternak terlihat lebih rata. Bagian anus ternak juga tertutup, namun tidak terdapat deposit lemak. Selain itu, bagian tulang ekor terlihat membulat.
Bagian processus spinosus ternak sapi dapat diraba namun harus diberi sedikit tekanan. Lebih lanjut, bagian tuber coxae dan tuber ischiadicus terlihat lebih bulat dan lebih halus saat diraba dengan tangan.
Jika ligament di area pangkal ekor dan di area lumbal sacral masih terlihat dengan jelas, maka nilai BCS ternak berkisar di 3.5. DI sisi lain, apabila ligament di area pangkal hingga ekor tidak terlihat tapi sacral ligament masih terlihat, maka nilai BCS ternak berkisar di 3.75. Selain itu, ruas-ruas tulang ekor terlihat terisi dengan lemak.
4# Grade 4 (Gemuk)
Bagian processus spinosus hanya dapat terasa saat diraba apabila diberi tekanan yang kuat. Kemudian, bagian tuber coxae terlihat membulat dan halus. Daerah di sekitar tulang tuber ischiadicus terlihat lebih padat dan terdapat deposit lemak. Bagian legok lapar ternak sapi terlihat rata atau flat, maka dapat diperkirakan nilai BCS kurang dari 4.
Jika bagian tulang rusuk pendek hampir tidak terlihat, maka nilai BCS berada di kisaran 4.25. Lebih lanjut, apabila bagian legok lapar pada posisi datar atau flat dan tulang rusuk tidak terlihat dengan jelas, maka nilai BCS berkisar di 4.50. Sedangkan jika bentuk hook mulai tidak terlihat maka nilai BCS adalah 4.75.
5# Grade 5 (Sangat Gemuk)
Sapi dikatakan sangat gemuk atau berada di level grade 5 apabila terlihat penumpukan lemak di bagian struktur costae dan stenum hingga ekor. Kemudian, ruas tulang ekor pada sapi tidak terlihat menonjol, serta area tulang bagian atas tuber coxae, tuber ischiadicus dan processus spinosus tidak terlihat.
No comments
Post a Comment