Slider

Mari Beternak! Berikut Cara Budidaya Sapi Perah

  


Menjadi peternak? Memilih beternak sebagai pekerjaan?

Beternak merupakan kegiatan bisnis yang sudah umum dilakukan oleh leluhur kita sebagai sumber mata pencaharian. Namun, seiring berjalannya waktu, pekerjaan satu ini dianggap sudah ketinggalan zaman dan ‘tidak menantang’. Ada beberapa jenis hewan yang dapat dijadikan budidaya atau ternak, seperti ayam, kerbau dan sapi. Beternak sapi sendiri terdapat dua jenis yang berbeda, yakni beternak sapi pedaging dan beternak sapi perah.

Namun, memilih beternak sapi perah pada kondisi iklim Indonesia yang tropis ini ternyata cukup membuat kita memutar otak. Sapi perah umumnya datang dari kawasan sub-tropis, atau memiliki musim dingin yang cukup banyak dibandingkan dengan musim panas. Tapi jika Anda sudah menemukan tips dan trik yang pas, bisa dipastikan Anda akan sukses menjadi peternak sapi perah.

Di Indonesia sendiri, beternak atau budidaya sapi perah umumnya lebih cocok dilakukan di dataran tinggi dengan iklim yang sejuk. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa sapi perah umumnya berasal dari kawasan dengan hawa dingin yang dominan.

Terdapat beberapa faktor yang harus dipelajari sebelum memiliki peternakan sapi perah sendiri. Yakni kandang sapi, memilih bakal ternak sapi, pakan dan minum, mengawinkan sapi perah, masa laktasi dan pemerahan sapi dan beberapa perawatan lainnya.

Kandang Sapi Perah

Mempersiapkan kandang untuk sapi perah adalah hal terpenting sebelum beternak. Kebersihan kandang dapat mempengaruhi stress atau tidaknya sapi selama diternakkan. Sapi perah yang nyaman dapat menghasilkan susu lebih maksimal dibandingkan dengan yang stress. Maka dari itu perlu diperhatikan dengan betul bagaimana kebersihan dan bentuk dari kandang sapi. Untuk ketinggian kandang, ukuran yang paling dianjurkan yakni sekitar 4 – 4.5 meter. 

Struktur dari kandang harus tersusun dari bahan dengan tingkat kekuatan yang baik, seperti besi, bambu, ataupun kayu. Untuk lantai, dianjurkan menggunakan bahan yang kuat, bersih, serta tidak berbahaya untuk sapi. Selain itu, sapi harus bisa mencapai tempat makan dan minum dengan mudah, namun sapi juga tidak bisa menginjak tempat tersebut. Faktor lain yang harus diperhatikan yakni saluran drainase atau pembuangan kotoran dan air. Saluran ini harus lancar dan berfungsi dengan baik karena sapi perah membutuhkan kebersihan yang optimal agar nyaman di kandang.

Pemilihan Bakal Ternak Sapi Perah

Jika diurutkan dari yang paling prima, sapi perah jenis Frisien Holstein adalah jenis sapi perah yang paling prima dalam menghasilkan susu. Tapi, peranakan sapi FH ini juga cukup mudah ditemukan di Indonesia.

Terdapat beberapa kriteria umum yang harus diperhatikan calon peternak dalam memilih bakal ternak sapi perah. Antara lain:

  1. Bakal sapi perah harus sehat, tidak memiliki cacat tubuh, bebas parasit, dan kulit mulus.
  2. Calon peternak hendaknya mengetahui betul riwayat bakal ternak, beserta silsilah dari bakal ternak tersebut.
  3. Mata bakal ternak harus cerah atau tidak kusam, tidak berair ataupun tidak terdapat kotoran pada mata.
  4. Bakal ternak tidak mengeluarkan lendir dari hidung, napas bagus serta tidak memiliki gejala batuk.
  5. Bakal ternak memiliki kuku yang bagus dan sempurna bentuknya, tidak terdapat gejala bengkak. Apabila diraba, bakal ternak tidak bersuhu panas.
  6. Tidak terdapat tanda-tanda mencret di sekitar dubur.

Pakan dan Minum Sapi Perah

Sapi harus diberi akses air minum yang tidak terbatas. Karena untuk menghasilkan 1 kg susu, diperlukan 4 – 5 kg air. Air minum sapi harus terjaga kebersihan dan kuantitasnya. Sedangkan untuk pakan, sapi perah harus mendapatkan nutrisi yang seimbang. Mulai dari karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. 


Pakan sapi perah dapat dibedakan dalam beberapa kategori, yaitu:

  1. Pakan Hijauan – yakni bahan-bahan berserat seperti berbagai jenis rerumputan, jerami padi, jerami jagung, leguminosa, pucuk tebu, dan daun kacang tanah. Per harinya, sapi perah membutuhkan 30-50 kg pakan hijauan, atau sekitar 10% dari bobot total. Pakan hijauan baiknya diberikan pada siang hari, yakni setelah pemerahan.
  2. Pakan Konsentrat – atau dapat disebut sebagai pakan penguat dapat berupa umbi-umbian, biji-bijian, atau limbah dari olahan pertanian. Seperti ampas tahu atau bungkil kedelai. Pakan ini dapat diberikan sekitar 1-2% dari total bobot sapi perah. Pakan konsentrat baik diberikan pagi hari, yakni sebelum pemerahan, atau sore hari.
  3. Pakan Tambahan – yakni dapat berupa mineral, vitamin, enzim, hormon, atau antibiotik. Pakan tambahan biasanya dihasilkan dari pabrik dan diberikan sesuai dengan anjuran masing-masing pakan.

Bagi sapi perah yang berada dalam masa menyusui atau laktasi – masa pemerahan, kebutuhan makanan dan minuman dapat ditambah sekitar 25% lebih banyak dari biasanya.

Mengawinkan Sapi Perah

Masa birahi sapi betina tergolong sangat pendek, yakni berkisar 15 hingga 18 jam. Waktu birahi selanjutnya baru akan tiba 21 hari mendatang. Sedangkan pada sapi jantan, masa birahi dapat berlangsung 2 hingga 3 hari.

Terdapat beberapa ciri-ciri sapi betina yang berada dalam masa birahi agar para peternak dapat mempersiapkan proses perkawinan. Yakni:

  • Sapi nampak gelisah
  • Vulva sapi berwarna merah dan mengeluarkan cairan
  • Nafsu makan sapi menurun
  • Sapi sering menaiki sapi lain, dan apabila dinaiki hanya diam
  • Sapi sering melenguh dan cenderung mendekati sapi jantan

Ada dua metode kawin sapi perah, antara lain:

Kawin Alami, dengan mengawinkan sapi jantan dan betina secara langsung. Satu ekor sapi jantan dapat kawin dengan 25-30 ekor sapi betina. Dalam peternakan kecil, proses perkawinan dapat dilakukan dengan meletakkan satu jantan dan satu betina yang sama-sama sedang birahi.

Kawin Suntik, dengan memasukkan sperma dari sapi jantan dengan alat tertentu ke dalam vagina sapi betina. Metode ini lebih praktis karena tidak perlu membawa sapi jantan pada sapi betina.

Masa Laktasi dan Pemerahan Sapi

A# Masa Laktasi

Sapi perah dapat memulai masa laktasi setelah berusia 2.5 tahun. Dalam 10 bulan, sapi betina dapat diambil susunya. Pada masa-masa awal, yakni dalam satu minggu setelah melahirkan, warna susu yang dihasilkan biasanya berwarna kekuningan dan agak kental. Susu ini disebut dengan kolostrum yang ternyata mengandung banyak gizi. Kolostrum umumnya diberi pada bayi sapi.

Setelah satu minggu, sapi betina akan menghasilkan susu dalam jumlah yang fluktuatif. Yakni di awal, volumenya akan sedikit dan akan terus bertambah hingga nantinya menurun kembali pada bulan ke-10. Dalam masa laktasi ini, berat badan sapi mengalami kenaikan dan penurunan secara dinamis.

Sapi betina dapat terus produktif hingga mencapai usia 10 tahun. Puncak dari siklus produktivitasnya berada pada usia 7-8 tahun. Melewati usia 10 tahun, biasanya produksi susu akan berkurang secara drastis.

B# Pemerahan Sapi

Proses pemerahan dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Pada masing-masing proses, dibutuhkan 5-7 menit proses pemerahan. 


Untuk memerah susu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni:

  • Kandang dan peralatan perah harus bersih
  • Badan sapi harus dibersihkan dulu dan tidak ada kotoran menempel di bagian belakang sapi
  • Pemerah susu atau orang yang memerah susu juga harus dalam keadaan bersih karena susu dapat menyerap berbagai bau
  • Ambing susu terlebih dulu dicuci dengan air hangat guna meminimalisir penceraman bakteri pada susu

Perawatan Lain

Ada beberapa perawatan lain yang harus rutin dilakukan pada sapi. Yakni:

  • Vaksin dan obat cacing
  • Bersih-bersih kandang sehari sebanyak 1-2 kali
  • Sapi dimandikan setiap hari agar selalu bersih
0

No comments

Post a Comment

© all rights reserved
made with by templateszoo